Sharing and Caring for the Betterment of Education

Emang Enak?

Ketika saya SMEA (Saya alumni SMEA 1 Semarang), saya termasuk murid yang tidak populer.  Seperti lazimnya, si populer kumpul dengan si populer, dan si tidak masuk kategori populer kumpul juga dengan teman sejenis.  Kata pepatah Birds of a feather flock together.

Kala itu saya punya teman yang sangat akrab, namanya Eka (nama samaran).  Saya sering ke rumahnya yg sederhana, dan menghabiskan waktu dengannya sambil menanti adiknya pulang dari berjualan koran.  Kami jadi sahabat karib.  Kami duduk satu meja di kelas. Dalam hati saya kagum dengannya.  Ibunya sudah meninggal dan ayahnya bekerja menarik becak. Dengan semua kesederhanaannya yang dia miliki, Eka dicintai teman-teman satu kelas karena termasuk anak yang ramah dan apa adanya.  Untuk membantu ekonomi keluarga, Eka berjualan gorengan di kelas.  Di kala anak-anak yang lain sibuk bergaya dengan dirinya (termasuk saya), si Eka ini tanpa malu-malu menawarkan dagangannya.  Ini yang membuat saya kagum.

Sangking kagumnya sampai sekarang (sudah 22 tahun), saya selalu ingat namanya, wajahnya, senyumnya, dan gaya bicaranya yang pelan dan enak di dengar, dan akhirnya pada salah satu buku saya menuliskan tentang Eka (teks deskriptif).  

Pada suatu hari yang cerah, saya mengantar anak saya berkegiatan di Masjid Agung Jawa Tengah.  Di tengah ratusan manusia (maklum 1 anak diantar oleh ayah, ibu, adik dan kakak), sekelebat saya melihat wajah si Eka.  Luar biasa! Antara ragu apa iya apa tidak itu benar-benar dia, saya kejar dia yang sedang berjalan dengan anak kecil (mungkin anaknya). Saya cegat dia, dan dengan senyum lebar penuh rindu, hampir berteriak karena terlalu happy, saya panggil namanya.  Dia mengangguk sambil bilang, "Ya." Sungguh benar itu dia.   Lalu karena wajahnya tidak menampakkan tanda-tanda dia mengenal saya, maka saya sebutkan, "Iki Ida, Nur Zaida." Eh, dia masih saja bengong.  Malah lama-lama nampak curiga.  Jangan-jangan saya dikira mau merapalkan ilmu gendam. Lalu saya tambahkan info lagi, "Sing omahe Boom Lama kuwi lho."  (Arghhhhh! Dia malah senyum tipis sebagai tanda 'permisi ya, saya harus pergi.  Anda salah orang mbak).  Maka diapun berlalu meninggalkan saya yang bengong karena dicuekin.

Tidak ada komentar

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.